News

Home » News » Mata Rantai Sejarah Umat

Mata Rantai Sejarah Umat

andreas-weilguny-2uAVyybMrHI-unsplash

Oleh : Arta Abu Azzam

Ketika Baghdad sebagai ibu kota Khilafah Abbasiyah runtuh, hancur, dan porak poranda oleh keganasan pasukan Hulagu Khan, cucu dari Jenghis Khan, pada 656 H/1258 M, di belahan dunia lain, lahir seorang yang kelak menjadi cikal bakal berdirinya kekuatan besar dalam sejarah kekuasaan Islam: Utsman bin Ertugrul. Namanya kemudian dinisbatkan kepada Khilafah Bani Utsman atau Khilafah Utsmaniyah atau orang Barat menyebutnya Ottoman.

“Ustman merupakan putra ketiga Ertugrul bin Sulaiman Shah, lahir tahun 656 H/1258 M. Kelahiran Utsman bin Ertugrul ini bertepatan dengan perisitiwa tragis yang harus dihadapi umat Islam, yaitu penyerangan Hulagu Khan terhadap kota Baghdad dan meluluhlantahkannya hingga panji umat Islam pun runtuh. Akibatnya dunia Islam tercerai berai dan umat Islam mengalami titik kelemahannya. Mereka banyak yang gugur sebagai syahid dan banyak pula yang hidup terlunta-lunta, dan ada yang menjadi tawanan. Dalam memperingati jatuhnya panji umat Islam maka ingatan tersebut senantiasa muncul bersamaan dengan kelahiran bayi yang akan membangkitkan semangat juang umat Islam kembali dan mengibarkan panji mereka, memperbarui agamanya, membentuk sebuah negara yang mampu menghadapi berbagai serangan negara lain, hingga menjelma menjadi imperium terkemuka pada masanya,” demikian tulis pakar sejarah kontemporer Syaikh Ali Muhammad Ash-Shallabi. Ia ingin menegaskan, bahwa mata rantai sejarah Islam tak akan pernah putus. Patah tumbuh, hilang berganti.

Prof. Muhammad Khalif Ats-Tsunayyan, penulis buku “Ertugrul” ini juga mengungkapkan hal yang sama, “Utsman lahir ketika kepedihan menyelimuti dunia Islam karena runtuhnya kekhilafahan Islam dan tercerai berainya kaum muslimin…”

Prof. Ats-Tsunayyan menambahkan, “mereka merayakan kegembiraan karena kelahiran sang bayi, yang akan mengubah lembaran-lembaran sejarah dan wajah dunia. Mereka menyelenggarakan pesta besar, menyembelih binatang-binatang ternak, menyalakan tungku-tungku pembakaran dengan periuk-periuk di atasnya, aroma-aroma makanan yang menggugah selera, baik berupa daging maupun nasi yang dilumuri za’faran dan roti yang menyeruak, hingga sebagaian besar ujung-ujung kota dipenuhi pergerakan dan aktifitas yang padat…”

“Masya Allah…masya Allah,” decak kagum ibu-ibu bersahutan menyaksikan parade dalam pesta kelahiran itu.

Ertugrul, sang ayah dari bayi yang baru lahir tersebut mengeluarkan seruan dengan penuh semangat dan suka cita, “Tidak boleh seorang pun kembali ke rumahnya dengan kesedihan…!”

Dari kota Sogut, Ertugrul mengatakan, “Putraku ini akan membangun sebuah pemerintahan yang akan mampu memperlihatkan kedigdayaannya ke seluruh dunia. Ia akan mampu menghadapi serangan-serangan tentara Mongol dan dunia Eropa.”

Doa Ertugrul di hari yang penuh bahagia itu terkabul. Kelak, sang bayi, Utsman bin Ertugrul, menjadi pemimpin yang hebat, yang dengannya lahir kekuasaan yang mampu mengguncangkan dunia, terutama Eropa: Khilafah Utsmaniyah.

Lahirnya Utsman bin Ertugrul, tepat di hari runtuhnya kekuasaan Islam di Baghdad, adalah janji Allah SWT, bahwa dunia ini akan senantiasa diwarisi untuk orang-orang yang beriman. Mata rantai sejarah tentang kekuatan dan kekuasaan Islam tak akan pernah putus. Akan selalu muncul pemimpin Islam dengan kekuatannya yang mengguncangkan dunia.

Posted in