Penulis : I Putu Putra Kusuma Yudha dan Ni Luh Ariani
ISBN :
Cover : Soft Cover
Halaman : 152
Berat : 200g
Ukuran : 15,5cm X 23cm
Dalam prosesi upacara Roko Molas Poco masyarakat dibagi menjadi dua kelompok yakni; Kelompok Roko Molas Poco (kelompok yang mengambil tiang induk rumah adat) yang terdiri dari beberapa kelompok yakni kelompok anak rona (pihak pemberi isteri) sekitar 8 orang, kelompok penggotong molas poco sekitar 270 orang, kelompok ronda (kelompok meyanyi lagu roko molas poco) sekitar 30 orang, dan satu orang yang ditugaskan membawa bendera. Pada umumnya kelompok roko molas poco terdiri dari kaum laki-laki dan hanya ada dua gadis yang ditugaskan untuk duduk diatas kayu tersebut. Jumlah anggota dari kelompok roko molas poco tergantung dari kesepakatan bersama. Kelompok Curu Molas Poco (kelompok yang menjemput molas poco) yang terdiri dari sebagian masyarakat, tua-tua adat etnis Manggarai maupun tua-tua adat dari kampung lain, dan pihak pemerintah. Setiap kelompok memiliki tugas masing-masing, kelompok roko molas poco memiliki tugas untuk menggotong kayu yang akan dijadikan tiang induk rumah adat. Dalam proses penggotongan kayu, ada yang bertugas sebagai pembawa bendera merah putih, ada yang bertugas sebagai anak rona (pihak pemberi isteri), dan ada yang ditugaskan untuk menyanyikan lagu roko molas poco yang diiringi dengan gong. Prosesi upacara roko molas poco diawali dengan melakukan tesi (minta izin) kepada molas poco sebelum diarak menuju kampung, agar proses penggotongan berjalan dengan lancar. Prosesi tesi ini dilakukan di batas kampung (pa’ang beo) yang merupakan tempat pemberhentian sementara kayu yang akan dijadikan tiang induk rumah adat (molas poco). Dalam prosesi tesi ini hanya dilakukan oleh dua orang yakni tua golo dan seorang untuk torok (doa) dan bahan persembahan yang digunakan adalah sebutir telur ayam kampung. Setelah dilakukan tesi di batas kampung, selanjutnya dilakukan prosesi upacara tesi di mbaru gendang sementara, untuk mengundang roh leluhur dan roh penjaga kampung (naga golo) untuk hadir dalam proses penggotongan kayu yang akan dijadikan tiang induk, sehingga prosesi upacara roko molas poco dapat berjalan dengan lancar. Pihak yang terlibat dalam upacara ini adalah tua-tua adat dan dua orang gadis setengah baya yang ditugaskan untuk duduk di tiang induk rumah adat (molas poco).
Dalam prosesi upacara Roko Molas Poco masyarakat dibagi menjadi dua kelompok yakni; Kelompok Roko Molas Poco (kelompok yang mengambil tiang induk rumah adat) yang terdiri dari beberapa kelompok yakni kelompok anak rona (pihak pemberi isteri) sekitar 8 orang, kelompok penggotong molas poco sekitar 270 orang, kelompok ronda (kelompok meyanyi lagu roko molas poco) sekitar 30 orang, dan satu orang yang ditugaskan membawa bendera. Pada umumnya kelompok roko molas poco terdiri dari kaum laki-laki dan hanya ada dua gadis yang ditugaskan untuk duduk diatas kayu tersebut. Jumlah anggota dari kelompok roko molas poco tergantung dari kesepakatan bersama.
Kelompok Curu Molas Poco (kelompok yang menjemput molas poco) yang terdiri dari sebagian masyarakat, tua-tua adat etnis Manggarai maupun tua-tua adat dari kampung lain, dan pihak pemerintah. Setiap kelompok memiliki tugas masing-masing, kelompok roko molas poco memiliki tugas untuk menggotong kayu yang akan dijadikan tiang induk rumah adat. Dalam proses penggotongan kayu, ada yang bertugas sebagai pembawa bendera merah putih, ada yang bertugas sebagai anak rona (pihak pemberi isteri), dan ada yang ditugaskan untuk menyanyikan lagu roko molas poco yang diiringi dengan gong. Prosesi upacara roko molas poco diawali dengan melakukan tesi (minta izin) kepada molas poco sebelum diarak menuju kampung, agar proses penggotongan berjalan dengan lancar. Prosesi tesi ini dilakukan di batas kampung (pa’ang beo) yang merupakan tempat pemberhentian sementara kayu yang akan dijadikan tiang induk rumah adat (molas poco). Dalam prosesi tesi ini hanya dilakukan oleh dua orang yakni tua golo dan seorang untuk torok (doa) dan bahan persembahan yang digunakan adalah sebutir telur ayam kampung. Setelah dilakukan tesi di batas kampung, selanjutnya dilakukan prosesi upacara tesi di mbaru gendang sementara, untuk mengundang roh leluhur dan roh penjaga kampung (naga golo) untuk hadir dalam proses penggotongan kayu yang akan dijadikan tiang induk, sehingga prosesi upacara roko molas poco dapat berjalan dengan lancar. Pihak yang terlibat dalam upacara ini adalah tua-tua adat dan dua orang gadis setengah baya yang ditugaskan untuk duduk di tiang induk rumah adat (molas poco).