Penulis : Nuryahman dan Dyah Chri Ekasmara
ISBN : 978-602-356-490-3
Cover : Soft Cover
Halaman : 152
Berat : 200g
Ukuran : 15,5cm X 23cm
Dalam perkembangannya tenun Alor terdiri dari tenun songket dan tenun ikat. Perbedaan mendasar Tenun Ikat dan Tenun Songket adalah: Tenun Songket semua benang yang dipakai baik lungsi maupun pakan, serta benang yang dipakai untuk pembentukan motif diberi pewarna sebelum di tenun. Sedangkan untukTenun Ikat, sebelum ditenun benang lungsi atau pakan diikat membentuk motif. Setelah diikat direndam dalam zat pewarna, kemudian dicuci, dijemur hingga kering. Setelah proses pewarnaan selesai, ikatan-ikatan motif dibuka, kemudian direntangkan pada alat tenun. Saat ini, tenun Alor mengalami perubahan fungsi serta perubahan tingkatan sosial, menuju pada masyarakat yang setara. Secara historis, pada masa lampau produksi dan konsumsi tenun Alor terbatas pada salah satu kelas tertentu saja. Masyarakat dan kebudayaan Alor memberikan hak prerogatifatas tenun kepada keluarga bangsawan. Dalam masa demokrasi Pemerintah Daerah baik Kabupaten/Kota atau Provinsi melalui peraturan Gubernur, Bupati/Walikota mencanangkan pemakaian busana tradisional / kain tradisional pada acara-acara ritual, upacara-upacara adat maupun pemakaian seragam kantor sebagai pakaian dinas. Bahkan untuk seragam sekolah juga menggunakan bahan tenun tradisional.
Dalam perkembangannya tenun Alor terdiri dari tenun songket dan tenun ikat. Perbedaan mendasar Tenun Ikat dan Tenun Songket adalah: Tenun Songket semua benang yang dipakai baik lungsi maupun pakan, serta benang yang dipakai untuk pembentukan motif diberi pewarna sebelum di tenun. Sedangkan untukTenun Ikat, sebelum ditenun benang lungsi atau pakan diikat membentuk motif. Setelah diikat direndam dalam zat pewarna, kemudian dicuci, dijemur hingga kering. Setelah proses pewarnaan selesai, ikatan-ikatan motif dibuka, kemudian direntangkan pada alat tenun. Saat ini, tenun Alor mengalami perubahan fungsi serta perubahan tingkatan sosial, menuju pada masyarakat yang setara. Secara historis, pada masa lampau produksi dan konsumsi tenun Alor terbatas pada salah satu kelas tertentu saja. Masyarakat dan kebudayaan Alor memberikan hak prerogatifatas tenun kepada keluarga bangsawan. Dalam masa demokrasi Pemerintah Daerah baik Kabupaten/Kota atau Provinsi melalui peraturan Gubernur, Bupati/Walikota mencanangkan pemakaian busana tradisional / kain tradisional pada acara-acara ritual, upacara-upacara adat maupun pemakaian seragam kantor sebagai pakaian dinas. Bahkan untuk seragam sekolah juga menggunakan bahan tenun tradisional.